HISTORIA CANDI-CANDI, NILAI DAN SEMANGAT ZAMAN

·

Wisata Jogja – Dalam edisi perdana kali ini, kami menampilkan hasil liputan mengenai peninggalan sejarah yang menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara maupun domestik. Adalah candi, yang selama ini menjadi salah satu tujuan wisata dan yang akan suguhkan pada edisi kali ini adalah Candi Prambanan, Candi Kalasan, dan Candi Sambisari.


Candi pertama yang kami kunjungi adalah Candi Prambanan. Secara geografis, Candi Prambanan terletak di perbatasan antara Kabupaten Sleman dan Klaten, tepatnya di Dusun Karangasem, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Prambanan terbagi menjadi 3 halaman konsentris (terpusat), dihubungkan dengan gapura yang terletak pada keempat sisinya. Sedangkan halaman luar dikelilingi pagar berukuran 390 x 390 m, halaman tengah dikelilingi tembok pagar berukuran 220 x 220 m.


Di dalam halaman pusat terdapat 16 bangunan candi dan dari 16 candi tersebut Candi Siwa merupakan candi yang menjadi induk dari candi-candi yang lain. Sebagaimana lazimnya liputan, untuk keamanan dan kenyamanan ketika meliput, kami ditemani oleh petugas penjaga keamanan yang ramah dan setia.


Meskipun terik matahari di bulan Ramadhan 1431 H menyengat tubuh kami, tidak menjadi hambatan untuk mengetahui seluk beluk Candi Kalasan. Cukup dekat lokasi antara Candi Prambanan dan Candi Kalasan, hanya membutuhkan waktu ± 5 menit dari Candi Prambanan.


Candi Kalasan terletak di pemukiman padat penduduk tepatnya berada di Dusun Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan berada di sebelah selatan jalan raya Yogyakarta – Solo, kira-kira ada di KM 14 dari arah Yogyakarta.


Secara arsitektural, Candi Kalasan memiliki gaya bangunan yang khas, yaitu lebar dan menjorok keluar. Pada masing-masing penampil, terdapat beberapa bilik dari empat arah mata angin (barat, timur, selatan, dan utara). Namun dari beberapa bilik yang ada, ternyata kami menemukan satu bilik yang mulai rusak, entah karena apa bilik tersebut tidak utuh lagi. Selain empat bilik yang menghiasinya dari sisi luar, juga terdapat bilik yang berisikan singgasana yang terbuat dari batu dan mempunyai lapik, adapun sandaran yang ada di kanan kirinya yaitu terdapat sebuah patung singa yang berdiri di atas gajah.

Seusai pengambilan gambar di Candi Kalasan, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju ke candi berikutnya, yaitu Candi Sambisari yang terletak di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, masih di kecamatan dan kabupaten yang sama. Semangat untuk segera sampai di tempat liputan yang terakhir begitu membara karena candi akan kami kunjungi memiliki panorama dan kesejukan yang berbeda dengan dua candi sebelumnya.


Untuk menuju ke Candi Sambisari, amat mudah yaitu dengan melewati jalan Jogja-Solo, sesampainya di KM. 12,5, Anda harus menuju ke utara dengan menempuh jarak ± 2,5 km. dan Setelah ± 7 menit menempuh perjalanan dari Candi Kalasan, akhirnya kami sampai di pintu gerbang Candi Sambisari dan melapor ke petugas bahwa kami akan meliput. Demi keamanan pengunjung, kendaraan kami parkir, kemudian petugas mempersilahkan untuk melihat seputar Candi Sambisari.


Candi Sambisari ditemukan pada tahun 1966, oleh petani yang sedang mencangkul tanah milik Karyowinangun, saat itu, cangkulnya terbentur pada batu ukirang yang merupakan batu dari reruntuhan candi. Jika memasuki ke area candi maka Anda bisa melihat sebuah Lingga dan Yoni. Lingga sendiri merupakan perwujudan dari Siwa, sedangkan Yoni adalah perwujudan dari Sakti (istri) Siwa. Adapun di bagian luar, Anda akan menemukan beberapa dari panteon agama Hindu, yaitu Durga Mahisasuramardhini (utara), Ganesa (timur), Agastya (selatan), Mahakala serta Nandiswara sebagai penjaga pintu. Dari adanya tanda-tanda tersebut maka dapat diketahui bahwa latar belakang keagamaan Candi Sambisari adalah “Çiwaistis.”


Dari ketiga candi yang telah kami kunjungi maka dapat diketahui bahwa candi-candi tersebut merupakan corak dari Hindu-Budha yang dipengaruhi oleh konteks sosial budaya terutama pada masa India klasik.


Peninggalan purbakala yang telah kami kunjungi memiliki banyak manfaat, salah satunya bisa mengetahui seperti apa keyakinan yang dianut oleh masyarakat nusantara tempo dulu, dan semoga bermanfaat untuk refleksi bagi generasi penerus bangsa Indonesia ke depan.

Design a site like this with WordPress.com
Get started